Minggu, 20 September 2015

Cumi-Cumi Tanpa Tentakel (Bagian 2)

Sebelumnya gua mau meluruskan soal kisah gua yang seakan-akan gua kelihatan sebagai Homo. Please! Gua gak Homo! Gua Normal, ya karena situasi dan keadaannya aja yang bikin gua terlihat Homo. Banyak Respon aneh setelah gua Posting "Cumi-Cumi Tanpa Tentakel (Bagian 1)".

"Ihhh mat, lu kok kayak Homo gitu sih ?" Tanya anjani yang duduk disamping gua.

"Hah ? Gua gak Homo malih!"

"Tapi lu tuh keliatan Homo tau dicerita itu"

Entahlah udah berapa orang yang menanyakan hal yang sama ke gua setelah gua posting "Cumi-Cumi Tanpa Tentakel", tapi ada satu orang yang menanyakan hal yang sama dan memberi penawaran aneh ke gua.


"Mat lu Homo beneran ?" Tanya bowie dan langsung duduk disamping gua.

"Please bow! Lu liat tampang gua. Jangankan cowok bow, cewek aja pada gak doyan ama gua"

"Yaa engga gitu mat" kata bowie. "Masalahnya gua ada om-om nih, kali aja lu Homo beneran. Kalo lu mau ngelayanin tuh om-om lu minta apa aja bakal dia kasih" lanjut bowie sembari membisikan telinga sebelah kanan gua.

"What the f............?!"

"................"

"Udah gila lu ya bow? Gua normal kambing!! Normal! Gua masih doyan cewek!" Gua berteriak pelan.

"Yakan gua cuma ngasih penawaran mat" celetuk bowie yang berbalik dan berlalu pergi ketempat duduknya.
Gua tekankan sekali lagi, gua gak Homo dan gua Normal.
**
Tyo keluar dari pintu rumahnya dengan keadaan berantakan dan menyuruh gua dan Pirli untuk masuk kedalam. Dan kamipun saling menyapa dengan sapaan rahasia yang kami buat sejak kecil, lalu kami duduk disebuah sofa merah diruang tamu.

"Wihhh keripik singkong euyy" kata Pirli sambil membuka sebuah toples yang berisikan keripik singkong diatas meja.

"Ahhh ngeliatin muka lu napsu gitu gua jadi mules pir" kata gua lalu melempar serpihan kecil keripik singkong ditangan.

Kami bertiga menghabiskan waktu siang itu dengan mengobrol sampai sore.

"Cesssssttttt" gua kentut. Gua adalah tipe orang yang kalau buang gas itu tidak bersuara, ya mungkin karena tubuh gua hanya tulang dibalut dengan selapis kulit yang menyebabkan kentut gua gak berbunyi.

"Waannjirrr bau gila!!" kata Tyo sambil menutup hidungnya dengan tangan kanan.

"Ahh masa sih bau?" Tanya gua lalu mengisap aroma gas yang keluar dari bokong gua.

"Anjirrr sedappp.... banget baunya ahhhhh" kata gua sembari mengelus pipi kanan gua dengan tangan kiri dan tangan sebelah kanan mengelus pundak bagian kiri lalu turun kepinggang.

"Wahhh gila lu! Bau bangke biawak tau ga lu!" Bentak Tyo lalu bergegas keluar dari ruang tamu.

"Grrrrrrr sedappp!! Norak lu yo, pirli aja disamping gua diem bae gak kebauan" teriak gua. "Gimana pir? Sedap gak?" Lanjut gua lalu menoleh kesebelah kanan.

"......................" Pirli ayan.
**
Hari sudah berganti malam, terdengar tertawaan renyah dari kamar mbak gua, ya malam ini adalah malam minggu dipertengahan bulan februari. Mbak-mbak gua berkumpul dirumah untuk sekedar bercengkrama atau melepas penat dan rasa kangen terhadap rumah yang membesarkan mereka. 

"Tok tok tok!" gua mengetuk pintu kamar mbak gua.

"........................" gak ada yang menjawab cuma terdengar suara mbak gua samar-samar.

Gua buka pintu itu secara perlahan, gua tertegun sebentar melihat mbak gua lagi tertawa bersama, gua malah jadi mengingat kejadian yang sama dikamar itu saat mbak-mbak gua masih sekolah. Mbak-mbak gua berperan besar terhadap pola pikir dan tingkah laku gua, yaa tingkah laku positive kecuali pake make up atau mengenakan tanktop. 

Gua berdiri didepan pintu kamar sambil tetap memegang gagang pintu kamar yang terbuka dengan tangan kiri, gua berasa jatuh dilubang nostalgia saat masih kecil waktu melihat mbak-mbak gua lagi bercanda bersama malam itu.

"Hahahaha..." tertawaan mbak gua berbarengan. Tertawaan renyah yang membuat sepi semakin enggan datang dimalam itu.

Ditengah candaan mbak-mbak gua, gua tetap berdiri sambil mengingat kejadian demi kejadian kenangan dimasa lalu bersama salah satu dari keempat mbak gua.

"Mbak! gigi mat sakit!!!!" teriak gua.

waktu itu gua sedang sakit gigi, merasakan denyutan digigi sebelah kanan, gua tiduran disebuah sofa diruang televisi sembari ditemani mbak gua yang sedang lahap mengunyah permen cokelatnya (cac*).

"yaudah jangan dirasain!" kata mbak gua, yang saat itu duduk dipinggiran sofa dan membelakangi gua.

"gak bisa!!" teriak gua lagi.

"............." 

"mbak makan apa ?" tanya gua sembari menarik lengan kirinya.

"jangan! ham.... ham... pedess, panas!" 

"yahhhhh mauu!!" rengek gua.

"gak boleh jangan! ini pait, obat!" kata mbak gua, sambil memakan permen cac* terakhir ditangan kanannya.

oke, yang masih jadi misteri adalah, permen apa yang pedas, panas, pait dan disebut sebagai obat ?
itu adalah strategi supaya gua gak minta. oke mbak, gua ngerti sekarang. Jahat! gua masih ngiler sama permen cokelat itu.

"ngapain didepan pintu ? pemali!" kata mbak gua.

gua cuma cengengesan dan menutup kembali pintu itu membiarkan mereka kembali bercanda dan tertawa bersama.

Maret 2012

Mbak gua yang keempat pun melangsungkan pernikahannya dengan lelaki asal kota bekasi juga. Dia sangat terlihat berbeda dengan balutan kebaya putih yang dia kenakan. Waktu itu gua duduk sambil melihat kearah mbak gua yang waktu itu sedang bersalam dengan kerabatnya yang datang.

"Mat, beliin rokok filt*r dua bungkus, gidah cepet bakal tamu" pinta bokap gua yang membuyarkan pandangan gua.

"diindom*rt? pak ?" tanya gua, lalu berdiri menghadap bokap gua.

"iyaa, nih" kata bokap gua sambil mengeluarkan uang seratus ribu dan memberikan uang itu ke gua.

Gua berjalan kearah motor gua yang gua parkir diparkiran para tamu undangan dan segera menuju indom*rt.

Gak beberapa lama kemudian gua sudah sampai didepan indom*rt lalu berjalan kearah pintu dan mendorong pintu dihadapan gua.

"mas, beli rokok filt*r dua bungkus"

"iyaa dek" kata mas indom*rt.

"mau korek berlogo club bola gak dek ?" lanjut masnya sambil menunjuk kearah kotak yang berisikan korek gas berlogo bermacam logo club sepak bola.

"ohh mau mas" kata gua.

"yang ini aja mas" lanjut gua sambil menunjuk korek gas berlogo chelsea.

"okeh dek" kata masnya sambil mengambil korek yang gua tunjuk.

"10rb ya dek harga koreknya" kata masnya sambil memasukan koreknya keplastik belanjaan gua.

"Chicken shit! 10rb ? gua kira gratis kampret!" gumam gua dalam hati.

Gua cuma bisa kesal dalam hati, secara indom*rt lagi banyak orang yang ngantri dikasir, gua gak boleh keliatan kaget.
huh.. Pengen banget gua buka tuh bungkus rokok terus gua nyalahin tuh rokok pake korek yang seharga 10rb tadi terus gua sundutin tuh bara rokok didada mas-masnya sampe pinsan.

"mati lu! mati lu kamprettttt!!!!!"

Gua keluar dari pintu indom*rt dan bergegas pulang kerumah.

"nih pak" kata gua, sambil ngasih plastik belanjaan rokok tadi.

"lah ini ngapa ada koreknya?!" tanya bokap gua.

"ya gapapa pak, biar kalo yang mau ngerokok gampang nyundutnya"

"......................" gua kembali duduk dibangku plastik dimeja tamu dan mulai mengobrol dengan suami mbak gua yang kedua sampai larut malam.

Malam pernikahan mbak guapun telah usai, malam yang menjadikannya sebagai Ratu sehari-semalam.

Selang beberapa minggu, mbak gua yang keempatpun mengambil keputusan yang sama dengan mbak-mbak gua yang lain, yaitu memisahkan diri dari nyokap dan bokap gua. Mereka mencoba membangun keluarga mereka sendiri.


Mei 2012

Keempat mbak gua sudah menikah semua dan tinggal bersama suaminya dan membangun keluarga mereka sendiri. Gua sebagai anak bungsu dikeluarga yang masih sekolah diberi warisan Motor, kamar bekas mbak gua, lemari pakaian, dan beberapa tanktop yang sudah gak terpakai dilemari. Sumpah gua gak pernah nyoba salah satu tanktop itu, sumpah!

Gua menjalani kehidupan gua yang baru tanpa mbak-mbak gua.

minggu pagi itu gua terbangun dengan suasana sepi, gua berjalan kearah kamar mandi buat cuci muka. Niatnya gua hari itu mau Jogging bareng ikin dan anjas.

Gua berjalan kearah rak sepatu dan mendapati masih ada sepatu dall*s warna putih milik mbak gua yang keempat waktu masih sekolah dulu dirak sepatu.

"wih pake jogging ah" gumam gua.

"Gila kekecilan ini mah!" kata gua. "Tapi gapapa dah, yang penting warnanya putih keren, secara kan gua buluk, kali aja kalo pake sepatu warna putih bisa keliataan lebih cera" lanjut gua.

Setelah memakai sepatu gua menuruni jalanan yang menurun menuju komplek Mutiara Gading Timur bareng ikin dan anjas. Kita masih berlari kecil dan beberapa saat kemudian jempol kaki gua mulai perih dan berasa berteriak "argghhh pengap!! keluarkan gua", mungkin itu yang lagi dirasaan jempol kaki gua saat itu.

"oarrgghhh gila! sakit banget nih jempol gua ketekuk" kata gua sambil berhenti dan berjongkok.

"ahhh lemah! udah ah gua duluan" kata ikin yang meninggalkan gua sambil diikuti anjas.

"aduhhh mati! Daki dijempol kayaknya mulai rontok nih, kekebalan jempol gua jadi melemah" gumam gua.

"udahh ah gua pulang aja, jempol gua udah kronis kayaknya" gumam gua lagi dan berbalik lalu pulang.

"Srekkk srekkk srekkk" suara gesekan pinggang gua yang bergesekan sama jalanan.

udah gak kuat lari atau jalan, cuma bisa ngesot. Jempol kaki gua butuh pertolongan tingkat tinggi kayaknya.
agak takut sih ngesot kayak gitu kalo ketemu orang-orang dikomplek situ.

"bangun.. bangun... Nihh uang buat kamu. Kamu masih muda, masih mampu cari kerjaan yang lebih baik. Les komputer aja sana!" pikir gua yang mulai membayangkan kemungkinan yang terjadi waktu gua ngesot waktu itu.

September 2015

-To be continued-

11 komentar:

  1. lanjutkan apresiasimu gan..
    nice

    BalasHapus
  2. di tunggu nih lanjutannya.. btw kakinya jgn lupa di kompress aer panas :D

    BalasHapus
  3. wah ini lanjutannya ya gan hehe sekalian aja buat naskah film gan. ane dukung! dari jauh

    BalasHapus
  4. Keren sob bahasanya, tapi tolong gede in dikit hurufnya biar ngak sakit mata

    BalasHapus
  5. Hahaha.., nice story gan..
    goo.gl/2pIVGT

    BalasHapus
  6. bro kalo bisa background dan jenis textnya diganti yang natural aja,, itu bikin pusing bacanya heheh

    BalasHapus

Jangan Copas ya gan and sist, Susah tau bikinnya.