Minggu, 13 September 2015

Cumi-Cumi Tanpa Tentakel

Gua terlahir sebagai anak bungsu dikeluarga yang sederhana, gua anak bungsu dari lima bersaudara. Keempat saudara gua itu adalah perempuan dan gua adalah anak bungsu lelaki yang agak tomboy dan terganteng dikeluarga gua. Karena semua saudara gua perempuan jadi wajar kalau gua lagi ngomong tuh agak sedikit ngondek.

Jadi anak bungsu (Terakhir/Bontot) tuh gak enak, apalagi anak laki-laki satu-satunya. Gua di didik sama bokap dan nyokap gua tuh cara mendidiknya disamain sama cara mendidik mbak-mbak gua, yaa gua jadi kebawa kecewek-cewekan, jadi gak suka pake celana pendek, bawaannya pengen nutup aurat mulu jadinya.

"Mat! ngapain pake celana sepaha?! itu aurat kemana-mana" omel ibu gua.

"Tapi mak, kan saya laki-laki tau"



"Ganti cepet! emak gak mau yaa, kalo kamu nanti digodain sama tukang bangunan sebelah gara-gara pake celana pendek" lanjut ibu gua setengah berteriak.
**
Dulu waktu gua kecil, gua itu sering diasuh nenek gua. Dari gua belajar jalan sampai belajar naik sepeda, nenek gua sering menemani gua disetiap kegiatan yang gua jalanin sebagai anak kecil dirumah.

"Gedebuggg" gua tersungkur dihalaman depan rumah.

Nenek gua berlari kearah gua gontai.
"Ngapa lu tong ? Wahh tanahnya bangor (nakal) ya?" Kata nenek gua sambil menarik tangan gua agar segera berdiri.

"Bukk bukk bukk" Nenek gua memukul-mukul tanah sembari bergumam, "em em em, bangor lu ya! Bikin cucu gua jatoh".

Ya itulah nenek gua, sering mengkambing hitamkan sesuatu yang bikin gua jatuh atau terluka. Mungkin gak cuma nenek gua aja kayaknya yang kayak gitu, nenek-nenek yang lain juga kayaknya gitu.
**

Tahun 2007

"Wikiii SmackDown! wadezig! wadezig! wadezig" teriak gua seraya menirukan pegulat ditelevisi.

waktu gua kecil lagi booming-bomingnya tentang Smackdown.

"Hyattt.. Hyattt.. Hyaattt..." Teriak anjas sembari menirukan gaya dari Rey Mysterio.

Gua didorong ketumpukan Batu Kerikil disebuah rumah yang sedang dibangun. "Gedebugg!" bunyi gua yang jatuh ditumpukan Batu kerikil yang agak tajam.
Gua berdiri dan langsung melompat ke arah anjas mencoba membalas dorongannya ke gua barusan.

"CIAAAATTT" teriak gua sambil berlari mencoba mendorong pundak anjas.

"Mat! tangan lu berdarah tuh!" teriak ikin yang berdiri dibawah pohon menunggu giliran bertanding ala pegulat ditelivisi. Dia menunjuk kearah lengan gua sambil mulutnya menga-nga.

"Mana ?" kata gua. "Wahhh iyaaa tangan gua berdarah" Lanjut gua yang sontak kaget melihat darah yang mengalir dari lengan gua.

"Woyy tolong woy!! ntar gua infeksi nih!! tolong!!! hoekkk... hoekkk... cuiihhh" teriak gua lalu meludahi lengan gua yang tergores batu kerikil barusan.

Waktu tergores gua gak merasakan apapun dilengan gua, tapi setelah ikin meneriaki luka gua, gua jadi panik lalu menangis histeris sambil berteriak, "infeksii nihh tolong!!!"

gua terduduk didepan anjas yang sedang berdiri didepan gua sambil menatap gua panik.

"Mat! lu harus nulis surat wasiat!! nanti lu bakal mati!!!" kata ikin setengah berteriak.

Gua lekas berdiri lalu berlari kerumah sambil memandangi lengan kanan gua yang berlumuran darah.

"Maakkkk! Tolong!! Infeksi nih!!" Teriak dan menghampiri ibu gua yang sedang masak didapur.

"Lu kenapa tong? Itu tangan lu kenapa??" Kata ibu gua dengan suara bergetar.

"Yahhh anak gua borokan dahhh" lanjut ibu gua.

"Makk, ini obatin... oh iyaa, mana kertas?! Saya mau nulis surat wasiatt!!" Kata gua sambil nangis dan duduk dibangku dapur.

Setelah kejadian itu gua jadi gak dibolehin main smackdown lagi oleh ibu gua. Gua cukup memperhatikan teman-teman gua yang asik memegang sabuk champion yang dibuat dari kardus.

November 2007

Mbak gua yang keduapun menikah, setelah menikah mbak gua itu mutusin buat memisahkan diri dari rumah bersama suaminya, membangun keluarga kecil mereka.

Gua pulang sekolah masuk dari pintu belakang rumah, dapur gua sudah penuh dengan ibu-ibu yang membantu memasak untuk hidangan dipernikahan mbak gua itu. Gua duduk dibangku dapur lalu seorang ibu-ibu yang gak asing dimata gua menyapa gua, "baru pulang mat ? makan dulu gidah" perintah kakak dari ibu gua.

"iyaa wa, nanti aja"

gua malah jadi mengingat waktu ibu gua dulu sempat membantu memasak dirumah tetangga didekat rumah.

"pulang sekolah langsung ketempat emaknya azis yaa, gua mau bantuin masak disono" kata ibu gua sambil bersiap pergi kerumah ibu azis.

"lah mau ngapain mak ? numpang makan ya?"

"nah itu lu tau ah, ntar lu pura-pura nanyain gua aja dari luar ke emak-emak disituh ntar ge lu disuruh masuk" lanjut ibu gua dan langsung berlalu pergi meninggalkan gua yang telah selesai mengikat tali sepatu.

Gua mengeluarkan sepeda merah gua dan berangkat kesekolah, gua masuk kekelas dan beberapa saat kemudian bel masukpun berbunyi. Gua mengeluarkan buku pelajaran lalu mulai belajar sambil terbayang bakal makan apa ditempat ibu azis nanti. Setelah bel pulang sekolah berbunyi gua langsung mengayuh sepeda gua kearah rumah ibu azis. Disana sangat ramai karena banyak ibu-ibu yang memasak lauk-pauk seperti, ayam, kambing, dan semacam sayur sop.

"wa, ada emak gak ?" tanya gua kesalah satu ibu-ibu yang sedang memasak kerupuk kulit disebuah penggorengan besar.

"emak lu tong ? noh didalem masak. Mau ngapain emang tong?"

"mau salim wa, kan baru pulang sekolah" jawab gua mengeluarkan alesan klise klasik.

"ehh iyadah, masuk gidah"

Gua masuk kesebuah ruangan yang berantakan, banyak peralatan memasak yang agak berserakan dan penggorengan yang berisi minyak goreng yang mendidih.

"ehh anak gua boto bet yaa, pulang sekolah nyamperin gua dulu" sambut ibu gua yang menuntun gua kesebuah bangku plastik didalam dapur rumah ibu azis.

"mak, salim" kata gua pelan.

"ehh mau salim, ett bener bet inih anak gua" kata emak gua setengah berteriak yang dilanjutkan dengan tertawa renyahnya.

ibu azis yang berdiri disamping ibu gua tersenyum dan berlalu mengambil sebuah piring dan menyendokkan nasi dan ayam goreng yang baru selesai dimasak dan memberikannya ke gua.

"nihh makan dulu ya tong"

gua berdiri dan meraih piring dari tangan ibu azis lalu kembali duduk dibangku plastik.

"ehh udah gak usah repot-repot" timpa ibu gua.

"udah bagen ah" kata ibu azis yang berlalu pergi meninggalkan kami.

gak cuma gua yang memanfaatkan moment itu untuk makan gratis tapi banyak anak sepantaran atau lebih kecil dari gua yang beralasan ingin bertemu ibunya dengan maksud ingin menumpang makan gratis dengan lauk-pauk yang enak kayak gua.

"nihh makan dulu" kata kakak ibu gua membuyarkan lamunan gua sambil memegang piring berisi nasi dan ayam goreng.

gua hanya tersenyum dan meraih piring tersebut lalu melahapnya, dan gua hanya menyisakan piring yang gak bisa gua makan.

Juni 2008

Mbak gua yang ketiga menyusul untuk menikah, sama seperti mbak gua yang kedua. Mbak gua yang ketiga ini juga memutuskan untuk memisahkan diri dari rumah ibu gua dengan suaminya.

Banyak hal yang berubah saat mbak-mbak gua menikah lalu membangun keluarga kecil mereka sendiri. Gua yang sudah beranjak dewasa mulai merasa kalau rumah jadi agak sepi ditinggal mbak-mbak gua yang biasanya setiap sore diakhir pekan itu bercengkrama satu sama lain. Sebuah kenangan keluarga yang kadang gua rindukan sampai sekarang, iyaa gua rindukan sampai sekarang saat mengetik setiap kata dicerita ini.
**
"Ehh liat nih, gua dikasih kaos bola dong sama abang gua, mmm ini bekas abang gua. Di abang gua udah kekecilan terus dikasih ke gua" kata Pirli yang sedang menarik-narik logo juventus dikaos bolanya.

"...................." Gua berlari kerumah meninggalkan Pirli didepan lapangan dekat rumah.

Sesampainya dirumah gua langsung berjongkok dilemari berisi baju/kaos bekas mbak, bokap, dan nyokap gua yang sudah kekecilan dan gak terpakai.

"Ahayyy dapet!!" Teriak gua mengangkat tinggi-tinggi tanktop berwarna putih.

"Lahh ? Ini mah tanktop, gua gak mungkin pamerin nih tantop didepan Pirli" gumam gua.

Gua menaruh tanktop putih itu disamping gua dan mulai mengubek-ubek isi lemari plastik berwarna cokelat didepan gua.

"Ahayyy gua dapettt!!" Teriak gua (lagi), sambil mengangkat sempak bokap yang kebesaran.

"Wihhh bentuknya kayak topeng" gumam gua sambil membentangkan sempak bekas bokap gua itu.

Gua tinggalkan tantop putih tadi dan gua berlari kearah lapangan buat menemui Pirli.

"Pir! Nih liat gua dapet barang bekas juga" kata gua setengah berteriak dengan bangga sambil menggibas-gibaskan sempak bokap itu keudara.

"Apaan itu mat?" Tanya Pirli heran.

"Sluupp" gua memakai sempak bekas bokap yang kebesaran itu kekepala gua.

"Wahhhhhh.... lu kayak Batman mat" kata Pirli antusias sambil tetap menatap kepala gua yang tertutup sempak.

"Tunggu gua! Tunggu yaa!!" Kata Pirli yang berlalu pergi meninggalkan gua dilapangan dengan sempak dikepala.

Beberapa saat kemudian Pirli kembali dengan berlari kecil menghampiri gua.

"Mat, nih gua juga kayak batman" kata Pirli sumbringah.

"Wah iyaa Pir, loh kok sempak yang lu pake warnanya butek gitu sih?" Tanya gua.

"Tau nih, tadi gua nemu diember baju kotor, gua ambil aja" kata Pirli yang mulai berlari kesana-kemari dengan sempak buteknya.

Pirli adalah teman gua dari kecil, dia pindah kekampung gua sekitar gua kelas 3 SD. Dia bukan sekedar teman kecil gua, lebih tepatnya sahabat gua sampai sekarang.

"Woy!" Teriak Pirli yang waktu itu baru pindah ke ciketing.

"Siapa lu?!" Kata gua setengah berteriak.

"Lu siapa?"

"Lah elu yang siapa?!"

Pertama kali bertemu kita saling teriak "lu siapa?!" Sampai adzan maghrib berkumandang.

"Ehh udah maghrib, besok lagi yaa" kata Pirli yang berbalik dan berlalu pergi.

"Apanya besok lagi? Gila!" Teriak gua.


Mulai dari hari itu gua dan Pirli sering bermain bersama bagaikan sepasang Homo yang sangat menikmati dunia. Entahlah bagaimana awal gua merajut asa bersama, kita saling berbagi dan melupakan kenyamanan rumah dengan candaan gila kita berdua. Itulah Pirli yang gua kenal, sesosok orang yang agak gila dengan tingkah konyolnya dan ucapan yang sering ngawur.

"Gua abis lulus SMP mau mondok (Masuk Pesantren) ing" kata Pirli diperjalanan kearah rumah tyo bersama gua.

"yaudah bagus, berarti diciketing bakal adem ayem gak ada orang gila kayak lu" jawab gua asal-asalan.

"Lu liat nanti ya pas gua balik, gua bakal jadi ustad dan lu harus salim kalo ketemu gua"

"Alahh otak lu aja cabul gimana mau jadi ustad ? balikin aja dulu tuh sendal yang lu copet dari warnet minggu kemaren"

kita berdua berbincang-bincang dan beberapa saat kemudian kami berdua telah sampai didepan teras rumah Tyo.

"Tyoooo, nyolong sendal yukk!!" teriak Pirli.

"Ehh gila!" bisik gua dikuping kiri Pirli. "Bohong! bukan nyolong sendal, bener dah sumpah" lanjut gua yang berteriak.

Tyo keluar dari pintu rumahnya dengan keadaan berantakan dan menyuruh gua dan Pirli untuk masuk kedalam.

dan kamipun saling ...

-To be continued-

8 komentar:

Jangan Copas ya gan and sist, Susah tau bikinnya.